BANDA ACEH - Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah dan Pimpinan Yayasan Karyawan Malaysia sepakat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan naskah kuno (manuskrip) di Aceh dan Malaysia sebagai khazanah budaya yang tak ternilai harganya, terutama bagi dunia Melayu.
Kesepakatan itu dicapai Selasa (10/5) siang saat pihak Yayasan Karyawan Malaysia (YKM) melakukan kunjungan resmi ke Gubernur Aceh yang diwakili dan diterima oleh Kepala Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat (Isra) Setda Aceh, Dr Munawar A Djalil MA di ruang kerjanya.
Kunjungan delegasi YKM itu, terkait dengan rencana peluncuran Karya Agung Aceh terbitan Yayasan Karyawan Malaysia. Gubernur Aceh sangat mengapresiasinya dan sepakat dengan pihak YKM untuk melestarikan naskah-naskah kuno tentang Aceh dan Melayu.
Dalam pertemuan itu, YKM dihadiri sembilan anggota, di antaranya mantan ketua Setiausaha Negara (mantan menteri sekretaris negara) Malaysia, Tun Ahmad Sarji bin Abdul Hamid selaku donatur utama YKM. Hadir juga Datuk Zainal Abidin Borhan (Ketua Eksekutif YKM), Prof Dato’ Sri Dr Md Salleh Yaapar, dan Dr Datin Fatimah Ali.
Dari jajaran Pemerintah Aceh hadir unsur Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) terkait, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, unsur perguruan tinggi (Dr Husaini Ibrahim MA dan Dr Harun Al Rasyid dari Universitas Syiah Kuala dan Dr Soraya IT serta Dr Hermansyah dari UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh).
YKM didirikan tahun 1996, merupakan yayasan nirlaba yang beranggotakan sastrawan, seniman, dan penulis ternama Malaysia. Mereka berkhidmat menerbitkan kembali naskah kuno dan manuskrip Melayu, baik di bidang penulisan sejarah (historiografi), keagamaan, syair, perundang-undangan, ketatanegaraan, dan surat-surat lama.
Penerbitan ini mereka namakan Karya Agung Melayu karena diterbitkan dalam versi yang sangat mewah dengan kualitas kertas yang luks. Tun Ahmad, ketua rombongan YKM mengatakan, sejak didirikan yayasan ini telah menerbitkan 18 karya agung Melayu dan tiga di antaranya menerbitkan karya agung Aceh, meliputi: Hikayat Aceh (Editornya Prof Teuku Iskandar), Hikayat Raja-raja Pasai (Editor Prof Russell Jones), dan Hikayat Pocut Muhamad (Editor Dr Noriah Taslim dan Nur Aini Muhamad Ali).
Menurut Tun Ahmad, peluncuran itu akan dapat meningkatkan lagi keakraban dan hubungan kebudayaan antara Malaysia dengan Aceh secara khusus dan Indonesia secara umum.
Sementara itu, Gubernur Aceh melalui Karo Isra Setda Aceh menyambut baik dan memberikan apresiasi mendalam atas peluncuran karya agung tersebut, apalagi selama ini banyak manuskrip dan naskah kuno Aceh yang terabaikan dan tidak terawat. Malah ada yang hancur/hilang akibat musibah tsunami 11 tahun lalu.
Meskipun selama ini ada upaya Pemerintah Aceh bekerja sama dengan Unsyiah dan UIN Ar-Raniry serta beberapa NGO asing untuk melakukan restorasi terhadap naskah-naskah tersebut, namun masih dalam jumlah yang relatif sangat sedikit.
Menurut Karo Isra Aceh, naskah kuno Aceh lebih kurang 6.000 naskah, melebihi Yogyakarta yang hanya punya sekitar 2.000 naskah.
Oleh karena itu, Gubernur Aceh dalam arahannya menyampaikan terima kasih atas upaya YKM menerbitkan naskah klasik Aceh tersebut. Gubernur juga meminta supaya ada kerja sama lebih lanjut dalam pemeliharaan dan pengawetan naskah tersebut, karena naskah dimaksud sangat penting artinya. Terutama bagi generasi penerus Aceh dan bagi peneliti dokumen klasik.
sumber : aceh.tribunnews.com
0 Response to "Aceh-Malaysia Sepakat Lestarikan Naskah Kuno"
Post a Comment