Meugang merupakan salah satu tradisi yang sudah menjadi darah daging dalam diri orang Aceh, bahkan untuk memeriahkan hari tersebut, orang Aceh rela berutang uang guna mendapatkan daging di pasar. Seandainya itu tidak dilakukan maka rasa tidak enak dan sayang anak pun muncul. disaat semua anak-anak tetangga merasakan gurihnya rasa daging justru bagi yang tidak merayakan meugang harus menghirup aroma lezat masakan tetangga yang diterbangkan angin.
Aceh merupakan daerah yang kental dengan adat dan budaya, jadi acara seperti megang itu tidak akan bisa dihapuskan, bahkan ada sebahagian kalangan yang menganggap hal ini sebagai kewajiban. itu hal yang lumrah-lumrah saja, sebab prinsip orang Aceh tidak akan meninggalkan apa yang diwariskan oleh nenek moyang mereka dahulu, Dengan syarat tidak menentang agama.
Di balik itu semua, ada satu hal yang patut kita simak pada saat menjelang datangnya hari meugang, yaitu Bagi seorang menantu muda, mereka harus memutarkan kepala tujuh kali lipat, bagaimana tidak? Bagi setiap menantu muda diwajibkan membawa pulang daging ke rumah mertuanya.
Wajib yang kita maksud di sini lebih kepada gengsi atau harga diri, ada juga sebahagian menantu muda di Aceh dari jauh hari telah mempersiapkan bekal yang cukup untuk hari meugang sekaligus untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.
Itulah yang membuat mereka para menantu muda sangat stres, seandainya satu atau dua kilo itu bukan menjadi persoalan, namun daging yang harus dibawa pulang adalah 3-4 kilo, tentu itu akan sangat menguras kantong.
Seandainya harga daging sapi hanya Rp50,000,00 saja per kilo sudah barang pasti tidak begitu menyesakkan dompet, tapi realitanya harga daging sapi sekarang selangit, sungguh terasa berat untuk dipikul. Bayangkan saja, harga satu kilo bisa menyentuh angka Rp120,000,00 sampai 150,000,00, coba kalikan jika harus membawa pulang empat kilo, belum lagi perlengkapan seperti bumbu memasaknya, cukup membuat isi dompet kurus.
Di balik semua pengeluaran itu, ada hikmah besar yang dapat dipetik, yaitu pada saat hari meugang tiba seluruh anggota keluarga akan pulang ke rumah masing-masing, hal itu akan membuat tali silaturrahmi semakin erat sesama keluarga. Momen itulah yang membuat hari meugang serasa sangat dinanti-nantikan.
Mulai dari era Kerajaan Aceh Darussalam, perayaan hari meugang sudah dilaksanakan dan menjadi hari yang berharga bagi para dermawan serta para petinggi istana untuk mengulurkan bantuan daging Meugang ini kepada masyarakat.
Hingga kini masih juga dilakukan oleh para dermawan di Aceh. Kendati demikian jumlahnya sudah tidak sama seperti dahulu lagi, mungkin ini faktor kemajuan zaman. Ya tingkat rasa dermawan sudah mulai memudar karena digerus zaman.
Oleh: Teuku mukhlis, Alumnus Sekolah Hamzah Fansuri
sumber : habaportal.com
0 Response to "Meugang, Ujian Berat bagi Para Menantu Muda di Aceh"
Post a Comment