Oleh Lailatussaadah
FENOMENA gerhana, baik matahari atau pun bulan, merupakan peristiwa alam yang menunjukkan kuasa Allah atas makhluknya. Masyarakat zaman dulu kerap menghubung-hubungkan gerhana dengan hal-hal mistik dan tahayul. Padahal peristiwa ini dapat dijadikan sebagai momen peningkatan katakwaan kepada Allah melalui pendidikan islami.
Gerhana matahari adalah peristiwa saat cahaya matahari terhalang oleh bulan, sehingga cahaya matahari tidak bisa sampai ke bumi. Peristiwa ini muncul karena matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar. Gerhana Matahari Total (GMT) diprediksi terjadi pada Rabu (9 Maret 2016) pagi, menutupi sebagian wilayah Indonesia. Menyambut fenomena tersebut banyak televisi swasta yang akan menyiarkan langsung saat-saat terjadinya GMT yang akan melintasi wilayah Indonesia. Wilayah yang akan dilintasi adalah Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin mengatakan, fenomena alam ini menarik dan dipastikan akan banyak astronom dan wisatawan baik Nasional atau mancanegara menyerbu Indonesia, karena peristiwa GMT ini adalah peristiwa langka dan hanya terjadi di Indonesia. Cacatan astronom, gerhana matahari total pernah terjadi 375 tahun yang lalu.
Menepis mitos
Fenomena GMT juga dapat dijadikan sebagai momen penting untuk menepis mitos dan tahayul. Di era modern mitos dan tahayul memang sudah banyak yang tertepiskan, namun masih ada beberapa pihak yang tetap saja mempercayai mitos-mitos dalam masyarakat yang dihubungkan dengan kejadian-kejadian di alam semesta. Dalam hal ini adalah mitos tentang gerhana, diantara mitos yang berkembang dalam masyarakat adalah “jika gerhana terjadi itu pertanda kematian dan kelahiran seseorang, atau mitos ada naga yang memakan matahari”. Hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Bukhari as: “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak gerhana karena kematian sesorang atau karena kehidupannya, akan tetapi Allah hendak membuat gentar pada hamba-Nya”. Dalam hadis lain nabi saw dari Aisyah ra, “sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah (Riwayat Bukhari).
Mitos-mitos tersebut dapat ditepis pelan-pelan melalui edukasi islami secara langsung bertepatan dengan moment, mengajak siswa untuk shalat kusuf berjamaah di sekolah masing-masing setelah shalat sunat akan diisi dengan khutbah bermuatan materi-materi tentang gerhana serta berbagai alasan mengapa rasulullah saw menyarankan untuk melakukan shalat sunnat dua rakaat disertai perbuatan kebajikan lainnya.
Berbagai pihak telah mengambil moment ini untuk menarik wisatawan, untuk meraup keuntungan rupiah (materil). Pihak pemangku kebijakan pendidikan, terutama di Aceh sebagai daerah dengan status istimewa syariat Islam, sudah sepatutnya ikut mengambil peran dalam moment ini untuk memperkenalkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual islami, untuk memperkenalkan ciptaan Allah Swt secara utuh kepada siswa (moril). Rasulullah Muhammad saw menyeru untuk dilaksanakan shalat dua rakaat ketika terjadinya gerhana. Boleh dilakukan sendiri, tetapi lebih utama dilakukan berjamaah serta memberi khutbah.
Walaupun GMT hanya terjadi dalam 2-3 menit saja, peristiwa langka ini dapat dijadikan sebagai momentum belajar dengan pendekatan kontekstual islami, agar dapat menghubungkan materi ajar dengan lingkungan, mengingat materi gerhana merupakan satu materi dalam pembelajaran agama dan satu materi dari mata pelajaran Fisika.
Dalam materi ini model integrated curriculum dapat membantu siswa untuk dapat mengerti materi secara utuh dan nyata. Untuk itu moment ini tepat sekali untuk belajar shalat gerhana matahari (shalat Kusuf) sekaligus ilmu fisika secara langsung, agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bukan hanya pada tataran pemahaman konsep saja.
Pengalaman belajar ini akan berkesan sehingga pembelajaran tentang alam semesta dapat bertahan lama dalam diri siswa sekaligus dapat meningkatkan sikap religius, sebagaimana tuntutan dari kurikulum yang dijalankan di sekolah. Moment ini benar-benar tepat untuk menjalankan pembelajaran bermakna apalagi prediksi ahli astronomi GMT ini akan terjadi lagi ratusan tahun ke depan.
Shalat gerhana
Hadirnya alat-alat canggih yang dapat memprediksi kapan dan di mana akan terjadinya gerhana akan sangat membantu dan mempermudah pihak pelaku pendidikan untuk mempersiapkan diri dan memperdalam lagi tentang gerhana dan shalat gerhana. Sebagaimana hal-hal sunat lainnya yang terus dikawal pelaksanaannya shalat sunat gerhana baik kusuf maupun khusuf juga merupakan hal yang penting diajarkan dan dikawal pelaksanaannya.
Sebelumnya, kebanyakan siswa dan eks siswa mengaku hanya belajar teori tentang gerhana dan praktik shalat gerhana, namun belum pernah melaksanakannya secara sungguhan. Mereka mendengarkan penjelasan dari guru dan melakukan simulasi shalat Kusuf atau membaca dari buku dan sumber-sumber belajar lainnya.
Belajar teori saja akan mudah hilang dalam memori manusia, belajar seperti itu biasanya hanya untuk mendapat nilai, namun ketika gerhana terjadi mereka lupa melakukan shalat sunnat gerhana sebagai rasa syukur kepada Allah Swt yang membuktikan bahwa Allah tidak hanya Maha Kuasa, tetapi juga Maha Kasih. Allah Swt menciptakan matahari dengan segala manfaatnya, cahaya matahari berpancar ke seluruh penjuru.
Sangat kebetulan sekali gerhana matahari total kali ini terjadi pada saat hari libur sekolah. Tak ada jam pelajaran yang terganggu jika pihak sekolah ingin mengadakan shalat sunat gerhana matahari. Untuk khalayak umum wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar shalat sunnat kusuf akan dilaksanakan di Ulee Lhue. Secara khusus pihak kementrian agama juga sudah mengeluarkan maklumat seruan shalat gerhana untuk seluruh jajarannya.
Dengan demikian pihak sekolah harus mengambil kesempatan emas ini sebagai media asli dalam pembelajaran kontekstual, yang biasanya hanya dilakukan dengan media buatan atau hanya berdasarkan teori serta mempraktikkan shalat Kusuf secara simulasi. Kali ini shalat sunat Kusuf dapat dilakukan benar-benar pada waktunya dan ini tentu saja akan sangat bermakna dan membekas dalam memori siswa. Jadi, ayo kita shalat gerhana!
* Lailatussaadah, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh.
sumber : aceh.tribunnews.com
0 Response to "Ayo Shalat Gerhana"
Post a Comment