BANDA ACEH - Tren selfie (memotret diri sendiri) maupun wefie (foto barang) yang menjadi fenomena global saat ini berawal dari perasaan mengagumi diri sendiri secara berlebihan, atau populer dengan istilah narsisme.
Psikolog dari Psikodista Banda Aceh, Dra (Psi) Nurjanah Nitura MPd menyatakan, kecenderungan narsisme ada pada setiap orang. Namun, dengan perkembangan media sosial saat ini, narsisme tersebut bisa meningkat bahkan ‘menular’ kepada orang lain.
“Selfie telah menjadi tren saat ini. Apalagi dengan adanya media sosial yang mengakomodir kebutuhan penggunanya, sehingga perilaku selfie bisa menular kepada pengguna lainnya,” kata Nurjanah menjawab Serambi via telepon di Banda Aceh, Senin (18/4).
Bahkan di kalangan remaja saat ini, katanya, orang yang tidak melakukan selfie dianggap ketinggalan zaman. Menurut Nurjanah, masalah yang melanda pelaku selfie ialah memudarnya nilai karakter seseorang, sebab tren selfie yang dilakukan itu kerap tidak mengenal tempat dan waktu. “Pada even berduka, misalnya, orang tak malu berselfie di pemakaman, kecelakaan lalu lintas, atau bencana lainnya. Hal tersebut tentu tak etis dilakukan,” ulas Nurjanah.
Selain itu, katanya, seseorang sering tidak cermat dalam memperhitungkan faktor safety (keselamatan), demi mengejar popularitas di dunia maya. “Demi mendapat pengakuan dari banyak orang, seseorang rela mengabadikan dirinya pada lokasi yang tidak biasa, ekstrem, dan riskan, sekadar untuk menuai pujian dari orang lain,” katanya, seraya mencontohkan pelaku bisa berselfie di atas gedung pencakar langit, pegunungan tinggi, di pinggir lubang kepundan gunung berapi, dan lokasi berbahaya lainnya, tanpa memikirkan aspek keselamatan.
Hal itu, kata Nurjanah, biasanya disebabkan oleh memudarnya kontak langsung seseorang di dunia nyatanya, sehingga dia cenderung menjalin hubungan sosial di dunia maya saja. “Biasanya karena hubungan sosial nyata yang tidak optimal, dia mencari keseimbangan itu lewat media sosial. Hal itu masih dianggap wajar selama tidak berlebihan,” ujar dia.
Menurutnya, sosial media memang memberikan banyak keuntungan bagi penggunanya seperti menjalin banyak relasi untuk kepentingan tertentu. Namun, kata Nurjanah, masyarakat perlu memperhatikan fungsi sosial media agar tidak merugikan dirinya sendiri. “Pengguna (medsos) agar lebih selektif dalam mengekspos momen istimewanya. Menampilkan hal yang bersifat pribadi justru bisa menjadi pemicu tindakan kriminal,” ujar Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala ini.
Bagi pecandu berat selfie atau di dunia kesehatan dikenal dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD), psikolog yang menetap di Banda Aceh ini memberikan sejumlah tip. “Luangkan waktu bersosialisasi di dunia nyata, nikmati keindahan alam ciptaan Allah selain wajah diri sendiri, arahkan hobi foto ke yang lebih kreatif, dan selalulah bersyukur agar lebih bahagia,” tandasnya.
sumber : aceh.tribunnews.com
0 Response to "Selfie Itu Narsisme yang Menular"
Post a Comment