BANDA ACEH - Duta Besar Uni Eropa (European Union) untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Guerend menjumpai Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah di Pendapa Gubernur Aceh, Banda Aceh, Rabu (30/3). Kunjungan itu dalam rangka membicarakan proyek bantuan mitigasi perubahan iklim bernama “Support to Indonesia’s Climate Change Response” Rp 96,5 miliar.
Vincent Guerend dalam pertemuan itu mengatakan, Uni Eropa telah menjalin kerja sama sejak 20 tahun silam dengan Aceh, dalam bidang pelestarian hutan, beasiswa pendidikan, hingga turut andil dalam penyelesaian konflik masa lalu di Aceh. “Kedatangan kami kali ini untuk melanjutkan kerja sama yang sudah terjalin lama. Proyek bantuan tersebut berlangsung hingga tahun 2019 dan akan digunakan untuk mencegah deforestasi dan degradasi hutan Aceh,” ujarnya.
Menurutnya, Uni Eropa memilih Aceh karena provinsi ini memiliki sumber daya hutan yang masih berfungsi baik, sehingga diharapkan menjadi standar bagi Indonesia dan seluruh dunia dalam mitigasi perubahan iklim serta pemanfaatan hutan. “Kerja sama dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) telah berjalan 20 tahun. Uni Eropa merasa bangga bisa berkontribusi untuk Aceh. Kami menilai, pengembangan ekonomi dan perlindungan alam bisa dilakukan bersamaan,” jelasnya.
Selain itu, Guerend juga memuji sumber daya energi di Aceh yang sangat kaya. “Aceh luar biasa dengan kekayaan satwa dan segala sumber daya energinya seperti air, angin, matahari. Kami punya keahlian untuk itu, dan dengan senang hati ingin bekerja sama,” kata pria yang pernah mengunjungi Aceh pascatsunami 2004 silam. Dia mengaku kagum dengan perkembangan Aceh saat ini, seperti kemajuan sarana dan prasarana.
Pada kesempatan itu, Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah menyambut baik kerja sama ditawarkan Uni Eropa kepada Aceh. Proyek bantuan itu kata Zaini sangat berarti bagi pelestarian dan pemanfaatan hutan di Aceh. “Aceh memiliki hutan yang kaya, selain itu kami juga unggul di pertanian dan perkebunan. Saya rasa proyek ini akan sangat bermanfaat bagi Aceh dan Uni Eropa,” ujarnya.
Dia menambahkan, Pemerintah Aceh juga mengundang Uni Eropa untuk membicarakan secara khusus terkait komoditas perkebunan Aceh. “CPO banyak dihasilkan di wilayah Selatan dan Tenggara, bahkan dalam waktu dekat, kami akan resmikan pelabuhan ekspor CPO di Singkil,” kata gubernur, seraya menyebut Kopi Arabika dari Gayo juga menjadi komoditas unggulan di sector perkebunan.
Hal senada juga dikatakan Kepala Dinas Kehutanan Aceh, Husaini Syama’un. Menurutnya, 58 persen kawasan Aceh terdiri dari hutan yang terbagi atas hutan konservasi, lindung, dan produksi. “Kami berharap kerjasama tersebut juga dalam pengembangan kapasitas petugas hutan dan bantuan pemberdayaan lainnya,” kata dia.
Sedangkan Penasihat Khusus Gubernur Aceh, Dr Muhammad Raviq menilai perlu dibentuk Partnership Management Unit (PMU) sebagai lembaga kerja sama Aceh dan Uni Eropa dalam pengembangan hutan, laut, dan sungai di Aceh.
Sementara itu, disela-sela acara tersebut, Gubernur Zaini mengucapkan “Happy Birthday” atau selamat ulang tahun kepada Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar ke-77.
sumber : aceh.tribunnews.com
0 Response to "Eropa Bantu Hutan Aceh Rp 96,5 M"
Post a Comment